Kasih Tak Sampai

Saya pikir semua pernah merasakan, ketika jatuh cinta pada seseorang namun sayang sekali harus berhenti di tengah jalan. Banyak alasan mengapa, terkadang karena ada pihak-pihak lain yang tidak setuju atau karena orang yang kita sayangi tak membalas cinta kita alias bertepuk sebelah tangan. Apabila karena faktor eksternal, yang artinya sebenarnya kita dan sang kekasih saling mencintai namun keadaan memaksa dan menjadikannya sebagai kasih tak sampai.

Namun terkadang kasih tak sampai terjadi karena faktor internal. Cinta yang bertepuk sebelah tangan biasanya terjadi karena ada kesalahan dalam perjuangan cinta tersebut. Mayoritas cinta bisa diusahakan. Dalam pepatah Jawa dikenal “witing tresno jalaran seko kulino”, munculnya rasa cinta itu karena terbiasa. Dan memang begitulah kenyataan dalam hidup, cinta bisa diusahakan. Pastinya kita tahu berapa banyak cerita perjuangan cinta yang pada akhirnya berakhir dengan saling cinta, sukses bung!

Nah, kalau sebaliknya, berarti ada yang salah dalam usaha memperjuangkan cinta. Misal kita adalah seorang lelaki dan jatuh cinta pada perempuan yang taat beragama. Kalau kita masih saja membiasakan diri dengan dosa dan kemaksiatan, maka mungkin sampai batu nisan si perempuan tertancap dia tak akan mencintai kita. Si perempuan berjalan ke utara, kita ke selatan. Kapan akan bertemu? Mungkin setelah berjalan mengitari bumi, kita baru akan saling bertemu. Mungkin dan hanya sedikit mungkin.

Ah, cinta manusia itu masih mudah diwujudkan. Tapi bagaimana bila cinta Allah ta’ala? Padahal kita lihat betapa banyak orang mengaku mencintai Allah ta’ala. Tapi apakah Allah ta’ala juga menerima dan membalas cinta mereka? Sama seperti kasus di atas, kalau cara yang kita tempuh salah maka salah juga. Kesalahan terbesar adalah kalau kita tidak memilih Islam sebagai agama kita. Maka tak akan ada kemungkinan bagi kita untuk dicintai Allah ta’ala.

Anggap kita sudah muslim, lalu apakah dengan otomatis Allah ta’ala mencintai kita? Ya secara umum memang demikian, tapi secara khusus tidak. Seorang muslim sudah bisa dipastikan untuk masuk surga nantinya. Tapi kalau tidak mendapat cinta yang utuh dari Allah ta’ala maka kemungkinan besar kita akan melewati Neraka. Ah, membayangkannya saja sudah mengerikan, bagaimana bila lewat kesana? Seorang yang mendapat segala kenikmatan dunia dan dicelupkan sesaat saja di Neraka langsung lupa dengan segala nikmat yang pernah dia rasakan. Na’udzubillah.

Lalu bagaimana caranya agar kasih dan cinta kita kepada Allah ta’ala sampai kepadaNya dan Diapun membalas cinta kita? Caranya gampang-gampang susah. Coba saja baca ayat berikut:

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله

Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku dan Allah akan mencintai kalian (QS. Aali Imron 31)

Gampang, tinggal mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam. Susah karena ternyata ittiba’ sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam bukanlah perkara yang gampang. Apalagi di zaman sekarang ini. Bukankah dahulu Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa di akhir zaman nanti, dan sepertinya sekarang sudah mulai, seorang yang berpegang teguh kepada ajaran Islam seperti memegang bara api. Panas? Tentu saja dan sangat berat.

Tapi bukan berarti tak bisa. Kita bisa mulai membiasakannya. Tapi sebelumnya kita harus tahu apa saja sunnah-sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Mulailah dengan yang mudah, biasanya para ulama menyarankan kita untuk mempelajari hadits-hadits yang ada dalam Arba’in an-Nawawiyah. Kemudian lanjut ke Umdatul Ahkam, Bulughul Maram dan Riyadhussholihin. Baca saja dulu. Agar kita memiliki gambaran tentang perilaku hidup Nabi Muhamamad shollallohu alaihi wa sallam sehari-hari. InsyaAllah jika kita akrab dengan hadits-haddits Nabi shollallohu alaihi wa sallam, kita akan lebih merasa dekat dengan beliau. Dan akhirnya kita akan bisa mengikuti gaya hidup beliau yang merupakan standar utama bagi kehidupan seorang muslim.

Mempelajari al-Qur`an dengan tafsirnya terkadang sangat berat. Mengingat betapa luasnya makna al-Qur`an dan kandungannya. Bagi yang ingin lebih praktis, maka langsung saja merujuk pada hadits-hadits Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Bukankah akhlaq beliau adalah al-Qur`an? Maka mulailah untuk mendekatkan diri kepada sunnah-sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Agar kita tahu praktek hidup seorang muslim yang benar, jangan cuma ikut-ikutan kata orang!!

Ayo hidup seperti Nabi dan raih cinta Ilahi!!

SUMBER